“ MATERI PENALARAN ”
Nama : Debora Priscilla
NPM : 22213095
Kelas : 3EB24
Universitas Gunadarma
PTA 2015/2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat- Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembahasan materi
penalaran ini. Penalaran ini berisi pembahasan mengenai penalaran, penarikan
kesimpulan baik menggunakan deduktif atau induktif. Banyak referensi seperti
website dan buku elektronik yang penulis gunakan untuk untuk menyelesaikan
penulisan materi ini. Penulis berharap materi singkat ini bisa berguna untuk
para pembaca. Penulis sadar masih terdapat kekurangan pada penulisan ini.
Penulis mohon maaf apabila keterbatasan pembahasan yang belum tersedia dalam
materi ini.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Apa itu penalaran ? Penalaran itu bisa juga
diartikan sebagai pengertian, Secara sederhana, penalaran dapat diartikan
sebagai proses berfikir yang logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan
berdasarkan proporsi-proporsi yang mendahuluinya. Bahan pengambilan
keputusan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli
(otoritas). Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengankonklusi (consequence).Hubungan
antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Tidak ada ada proposisi tanpa
pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan
terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari
proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga
dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian.
II. Rumusan Masalah
1. Apa
itu penalaran?
2. Apa
itu proposisi?
3. Apa
inferensi, Implikasi, Wujud evidensi itu?
4.Bagaimana
cara menguji data dan menilai autoritas?
III. Tujuan
Untuk mempelajari penalaran dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia dalam materi penalaran ini khususnya.
BAB II
ISI
1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis
metode dalam menalar yaitu :
·
Penalaran Deduktif
Metode berpikir deduktif
adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah
suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai
suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui
serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur
yaitu:
1. Dasar pemikiran utama
(premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua
(premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : Semua
siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis minor : Bob
adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan
: Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi.
·
Penalaran Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus
untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini,
kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang
bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3
apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam
apabila dipanaskan akan memuai.
·
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode berpikir
pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir deduktif
dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai
dengan suatu hipotesis. Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat
sekolah telah sarapan terlebih dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan
kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan
bahwa setiap anak yang makan banyak tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab
kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar?
Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika
makanan yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang
dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif kita
uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung
hipotesis yang diajukan tersebut.
Secara umum penalaran
ilmiah ada 2 macam, yaitu:
A. Penalaran
Induktif
Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk
menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu
kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus.
Contoh:
Kambing mempunyai mata;
gajah mempunyai mata, demikian pula dengan kucing, anjing, dan berbagai
binatang lainnya. Jadi, semua binatang mempunyai mata.
Ada 2 keuntungan dengan
penalaran induktif, yaitu:
a. pernyataan yang
bersifat umum ini bersifat ekonomis
b. dari pernyataan yang
bersifat umum dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif
maupun deduktif.
Jenis-jenis penalaran
induktif:
a. Generalisasi, yaitu
proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat
tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala
serupa.
b. Analogi
(Analogi Induktif), yaitu proses penalaran untuk menarik suatu
kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan
kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial yang bersamaan.
Contoh:
Siswa di Medan
berseragam; siswa di Jakarta berseragam; siswa di Papua juga berseragam. Jadi,
dapat dianalogikan bahwa siswa di Semarang juga berseragam.
c. Hubungan Sebab-Akibat
Menurut prinsip umum,
semua peristiwa ada penyebabnya. Jangan menarik kesimpulan (sebab-akibat) yang
tidak sah. Misalnya, orang menghubungkan suatu wabah atau penyakit dengan
kutukan dewa atau tempat tertentu yang dianggap keramat.
Hubungan sebab-akibat
antarperistiwa dapat berupa: hubungan sebab ke akibat, akibat ke sebab, atau
akibat ke akibat.
B.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif (prosesnya disebut
deduksi), yaitu cara berpikir yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau
keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala. Kesimpulannya bersifat
khusus. Jadi, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang
khusus.
Proses berpikirnya
dinamakan silogisme, yaitu bentuk prose penalaran yang berusaha menghubungkan
dua proposisi (pernyataan: premis mayor dan premis minor) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan.
A. Kesalahan
Penalaran
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk
mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan
kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat,
dan karena dorongan emosi.
Salah nalar ada dua
macam:
1. Salah nalar induktif,
berupa (1) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, (2) kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat, (3) kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat
disebabkan karena: (1) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi; (2)
kesalahan karena adanya term keempat; (3) kesalahan karena kesimpulan terlalu
luas/tidak dibatasi; dan (4) kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
B.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam
penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan
kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di
atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang
saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada
penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan
sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar
dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian
pengertian.
C.
Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini merupakan
ciri-ciri penalaran:
Ø Adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu
proses berpikir logis).
Ø Sifat analitik dari
proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir
secara analitik.
Secara detail penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Ø Logis, suatu penalaran
harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif
dan didasarkan pada data yang sahih.
Ø Analitis, berarti bahwa
kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam
merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke
dalam suatu pola tertentu.
Ø Rasional, artinya adalah
apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat
dipikirkan secara mendalam.
2. Proposisi
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat
pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus
dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan
benar tidaknya. Singkatnya,
proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam
ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
Contohnya
kalimat Semua manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan
dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan
sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di
sini diwakili oleh kata fana.
Banyak
pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah
sinonim, atau paling tidak seharusnya sama.
3. Inferensi dan
Implikasi
Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat
dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi
dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan
yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang
pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah
proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah
tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang
penulis (pembicara).
Inferensi
atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara
karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan
jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan
salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi
lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau
pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan
yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut
untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi
adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam
membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna
tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur).
a.Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan).
Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya
tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi
dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak
Budi setahun lalu hidup.
Dari premis
tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang
ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
b.Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas
dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai
missing link diberikan inferensi,
misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
Implikasi adalah ucapan/ pernyataan
tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat – pendapat pihak lain tentang
fakta tersebut.
Contohnya : Tadi pagi terjadi
tabrakan di depan kampus.
Dapat kita ketahui bahwa implikasi dapat kita artikan
sebagai tindakan. Apabila mendengar pernyataan dari contoh tersebut secara
naluriah ada hasrat ingin membuktikan kebenaran fakta tersebut . misalnya pada
contoh pernyataan diatas, untuk memastikannya kita bisa datang ke tempat
tabrakan itu terjadi, apabila akibat dari peristiwa itu tidak dapat terlihat
lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada orang – orang yang
menyaksikan peristiwa itu. Jika informasi yang kita peroleh tentang peristiwa
itu sama, maka kita bisa meyakini pernyataan tersebut fakta dan benar terjadi.
4. Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Lain hal dengan wujud evidensi bisa berupa angka
statistic atau keterangan lain yang dikumpulkan untuk mendukung suatu
pernyataan.
Contohnya
: kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga jendela
di dalam ruang ini,”
Artinya kita bisa langsung menyimpulkan pernyataan itu benar karena evidensi
yang memadai serta data informasi dapat dibukttikan kebenarannya.
5. Cara Menguji Data
Data atau informasi yang
digunakan dalam proses penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu
diperlukan untuk menguji data atau informasi untuk mengetahui kebenarannya dan
menjadikannya sebagai fakta. Kumpulan fakta disebut evidensi yang digunakan
menyimpulkan pernyataan.
Dibawah
ini cara yang digunakan untuk menguji data/informasi :
Ø Observasi, pengujian data yang
langsung terjun ke lapangan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data untuk
memperkuat informasi bersifat fakta.
Ø Kesaksian, pendapat yang diungkapkan
oleh seseorang dimana kesaksiannya berkaitan untuk memperkuat kebenaran dari
data yang sedang diuji.
Ø Autoritas, kekuasaan yang diberikan
kepada seseorang untuk melakukan pengumpulan data guna memperkuat informasi.
6. Cara
Menilai Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula
apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara
sebagai berikut :
1. Tidak mengandung prasangka
Pendapat
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau
didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar
kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas,
penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan
memperkuat kedudukannya.
3. Kemashuran dan prestise
Ketiga
yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang
akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain.
4. Koherensi dengan kemajuan
Hal
keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir
dalam bidang itu.
BAB III
Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk
memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah.
Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur
untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Proposisi mempunyai 3
unsur yaitu : subjek, predikat, dan kopula. Inferensi dibagi dua yaitu
inferensi langsung dan tidak langsung. Implikasi adalah ucapan/ pernyataan tentang fakta, tanpa
mempertimbangkan pendapat – pendapat pihak lain tentang fakta tersebut. Evidensi adalah semua fakta yang
ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Cara menguji data yaitu:
observasi, kesaksian, autoritas. Dan cara menilai autoritas dibagi menjadi 4
cara.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar